Monday 13 May 2019

Cerita Malango

Di Jepang dulu pernah ada tradisi membuang orang yang sudah tua ke hutan. Mereka yang dibuang adalah orang tua yang sudah tidak berdaya sehingga tidak memberatkan kehidupan anak-anaknya.



Pada suatu hari ada seorang pemuda yang berniat membuang ibunya ke hutan, karena si Ibu telah lumpuh dan agak pikun.

Si pemuda tampak bergegas menyusuri hutan sambil menggendong ibunya. Si Ibu yang kelihatan tak berdaya berusaha menggapai setiap ranting pohon yang bisa diraihnya lalu mematahkannya dan menaburkannya di sepanjang jalan yang mereka lalui.

Sesampai di dalam hutan yang sangat lebat, si anak menurunkan Ibu tersebut dan mengucapkan kata perpisahan sambil berusaha menahan sedih karena ternyata dia tidak menyangka tega melakukan perbuatan ini terhadap Ibunya.



Justru si Ibu yang tampak tegar, dalam senyumnya dia berkata: “Anakku, Ibu sangat menyayangimu. Sejak kau kecil sampai dewasa Ibu selalu merawatmu dengan segenap cintaku. Bahkan sampai hari ini rasa sayangku tidak berkurang sedikitpun. Tadi Ibu sudah menandai sepanjang jalan yang kita lalui dengan ranting-ranting kayu. Ibu takut kau tersesat, ikutilah tanda itu agar kau selamat sampai dirumah”

Setelah mendengar kata-kata tersebut, si anak menangis dengan sangat keras, kemudian langsung memeluk ibunya dan kembali menggendongnya untuk membawa si Ibu pulang ke rumah.

Pemuda tersebut akhirnya merawat Ibu yang sangat mengasihinya sampai Ibunya meninggal.

_‘Orang tua’ bukan barang rongsokan yang bisa dibuang atau diabaikan setelah terlihat tidak berdaya. Karena pada saat engkau sukses atau saat engkau dalam keadaan susah, hanya ‘orang tua’ yang mengerti kita dan batinnya akan menderita kalau kita susah. ‘Orang tua’ kita tidak pernah meninggalkan kita, bagaimanapun keadaan kita, walaupun kita pernah kurang ajar kepada orang tua. Namun Bapak dan Ibu kita akan tetap mengasihi kita._

*_Mari kita merenungkan, apa yang telah kita berikan untuk orang tua kita, nilai berapapun itu pasti dan pasti tidak akan sebanding dengan pengorbanan ayah ibu kita._*

Pengusaha baja/Pemilik PT. Artha Mas Graha Andalan.
Ketika ditanya rahasia suksesnya menjadi Pengusaha, jawabnya singkat:
“Jadikan orang tuamu Raja, maka rezeki mu seperti Raja”.

Pengusaha yang kini tinggal di Cikarang ini pun bercerita bahwa orang hebat dan sukses yang ia kenal semuanya memperlakukan orang tuanya seperti Raja.

_Mereka menghormati, memuliakan, melayani dan memprioritaskan orang tuanya._
_Lelaki asal Banyuwangi ini bertutur, *“Jangan perlakukan Orang tua seperti Pembantu"._*

Atau orang tua diminta merawat anak kita sementara kita sibuk bekerja.

Bila ini yang terjadi maka rezeki orang itu adalah rezeki pembantu, karena ia memperlakukan orang tuanya seperti pembantu.

Walau suami/istri bekerja, rezekinya tetap kurang bahkan nombok setiap bulannya.

_Menurut sebuah lembaga survey yang mengambil sampel pada 700 keluarga di Jepang, anak-anak yang sukses adalah: mereka yang memperlakukan dan melayani orang tuanya seperti seorang Kaisar._

_Dan anak-anak yang sengsara hidupnya adalah mereka yang sibuk dengan urusan dirinya sendiri dan kurang perduli pada orang tuanya._

Mari terus berusaha keras agar kita bisa memperlakukan orang tua seperti raja. Buktikan dan jangan hanya ada di angan-angan.

_Beruntunglah bagi yang masih memiliki orang tua, masih BELUM TERLAMBAT untuk berbakti._

_UANG bisa dicari, ilmu bisa di gali, tapi kesempatan untuk mengasihi orang tua kita takkan terulang kembali._

*SHARE artikel ini ke sahabat atau saudara atau anak-cucu kita ya semoga bermanfaat......*
#malango 💕

Bagaimana Kabar Sekilas Soal Cacar Monyet

Monyet adalah istilah untuk semua anggota primata yang bukan prosimia atau kera, baik yang tinggal di Dunia Lama maupun Dunia Baru. Hingga saat ini dikenal 264 jenis monyet yang hidup di dunia. Tidak seperti kera, monyet biasanya berekor dan berukuran lebih kecil.





JAKARTA (MR) - Kementerian Kesehatan Singapura (MOH) mengidentifikasi kasus cacar monyet pertama di negara tersebut pada Selasa (8/5/2019).



Dikutip dari Channel News Asia, pasien asal Nigeria tersebut kini dalam masa karantina di National Centre for Infectious Diseases (NCID) MOH (Ministry of Health).



Pasien berusia 38 tahun tersebut kini dalam kondisi stabil dan terus diawasi hingga 21 hari mendatang.

Sebelum datang di Singapura pada Selasa (28/4/2019), pasien disebutkan hadir dalam acara pernikahan keluarganya di Nigeria. Pasien tinggal di Hotel 81 Orchid yang berada di alamat 21 Lorong 8 Geylang.



"Saat di acara keluarga, pasien makan daging hewan liar yang mungkin mengandung virus cacar monyet. Kami telah menawarkan vaksin kepada 23 orang yang sempat kontak dengan pasien sebagai upaya pencegahan. Saat ini kami terus mengawasi kesehatan pasien," tulis MOH.



Dikutip dari situs kesehatan WHO, cacar monyet bersifat endemik di Afrika Barat dan Tengah.



Kasus biasanya ditemukan di desa dekat hutan hujan tropis yang memungkinkan kontak dengan hewan.



Selain monyet, virus juga bisa dibawa tupai dan berbagai hewan dari keluarga tikus.



Virus menular melalui kontak dari hewan ke manusia, sedangkan infeksi dari manusia ke manusia saat ini belum ditemukan kasusnya.



Gejala cacar monyet biasanya berlangsung 14-21 hari meliputi demam, pusing, bengkak di kelenjar getah bening, sakit punggung, otot, dan tidak berenergi.



Selanjutnya muncul bintik merah di wajah yang menyebar ke seluruh badan.



Luka berasal dari bintik berisi air yang pecah dan meninggalkan bekas dengan permukaan datar.



Menurut WHO, tidak ada perlakuan khusus menghadapi cacar monyet.



Namun penyakit ini bisa sembuh seiring penguatan daya tahan tubuh pasien.



Peluang sembuh makin besar jika pasien sebelumnya tidak punya riwayat sakit atau masalah sistem imun.

Infeksi cacar monyet dapat dicegah dengan vaksin untuk cacar.



Mau Belanja Di WhatsApp Saja Mudah

WhatsApp.com