Kedua orangtua adalah sosok panutan kita, sebelum kita bersentuhan dengan dunia luar. Mereka adalah orang pertama yang kita tiru semua gerak geriknya saat masih menjadi anak-anak. Mereka adalah dunia kita, idola sekaligus pahlawan kita saat itu. Kemudian waktu sedikit merubah kita.
Mereka tak menuntut balasan apapun.
Paling hanya satu permintaan kecil yang disebut pesan kepada
anak-anaknya,”jika nanti kau sudah sukses dan bisa meraih semua mimpi,
jangan sombong dan jangan pernah lupa sama keluargamu”. Permintaan itu
bukan berarti meminta balasan berupa materi. Bukan! Itu sebuah akar kuat
yang mereka persiapkan jika suatu saat kita tumbuh jadi pohon yang
besar dan rindang.
Perhatian dan kasih sayang dari anak,
menantu, dan cucu, saat mereka sudah tak bisa memberikan apapun kepada
anak-anaknya kecuali do’a, itu sangat lebih dari cukup bagi mereka.
Sebagian besar dari kita baru menyadari
dan memiliki waktu untuk memikirkan kedua orantua saat mereka sudah
dipenghujung usia senjanya. Atau bahkan timbul penyesalan setelah mereka
tiada.
Baru menanyakan dan sibuk membelikan
makanan enak menurut kita, saat gigi mereka sudah tak bisa dipergunakan
dengan baik untuk mengunyah. Saat selera makan mereka sudah menghilang.
Atau baru tersadar untuk menawarkan dan
mengajak mereka jalan-jalan saat mereka sudah tak lagi kuat untuk
berjalan jauh dan penglihatan mereka sudah mulai rabun.
Walau mereka tak pernah menolak, mengeluh
atas semua yang kita berikan, tapi alangkah baiknya, kita mulai
memberikan kebahagian kepada mereka dengan menyicilnya, saat mulai bisa
membedakan baik dan buruk.
Bisa diawali dengan menunjukkan prestasi
di sekolah. Memberi ‘hadiah’ kecil ketika sudah bekerja dan punya
penghasilan sendiri. Setelah cukup banyak waktu untuk mereka, barulah
memikirkan membina keluarga sendiri dengan jodoh yang juga mereka
restui. Tak pernah cukup waktu di dunia untuk membalas semua yang telah
orangtua lakukan untuk anak-anaknya.
Semoga kita jangan sampai terlambat
menyadari keberadaan orangtua. Apalagi bagi seorang anak laki-laki.
Walau mereka sudah sangat senang melihat keberhasilan kita, tapi jangan
lupa, kita punya kewajiban terhadap mereka :) .
Kata-kata indah tak cukup sebagai pengingat orangtua atas jasa-jasanya.
Ayah & Bunda, semua yang kau lakukan
untuk ku begitu tulus. Kasih sayang mu tak pernah kering. Aku takkan
sanggup membalasnya. Hanya do’a yang bisa kupanjatkan. Semoga Tuhan
membalas semuanya dengan yang terbaik.
Ayah Bunda, kau adalah pelita penerang
hidupku. Cahaya lilin yang selalu menerangi jalanku. Semangat yang
membuatku kuat untuk terus melangkah.
Ayah Bunda, tak ada yang ku takutkan di
dunia ini selagi aku berada di jalan yang benar, kecuali saat melanggar
larangan Tuhan dan melupakan nasehatmu.
Ayah Bunda, walau cinta dan sayang yang
kalian tunjukkan dengan cara berbeda, tapi kasih sayang dari kalian
itulah yang telah melengkapi hidupku selama ini.
Saat aku galau dalam sebuah hubungan, aku
perlu suara Ibu untuk menenangkan. Saat ku merasa tak kuat melanjutkan
persaingan hidup, aku perlu senyum dan keyakinan dimata Ayah untuk
menguatkan langkahku.
Perhatianmu menenangkan ku Ibu, kasih sayangmu menguatkan ku Ayah.
Kadang aku membuat kalian terluka dengan
sikap egoisku sebagai anak. Sering melupakan nasehatmu saat bersama
teman-temanku. Hanya do’a kalian berdualah yang terus melindungi
langkahku. Ma’afkan anakmu ini. Terima kasih Ayah, Ibu.
Semoga beberapa kata mutiara
indah diatas bisa membantu mu kawans dalam mengungkapkan perhatian
kepada kedua orangtua. Semoga bermanfaat, lain waktu kita sambung lagi :) .
dizas
No comments:
Post a Comment