Karena perkebunan kelapa sawit maka tumbuh pasar, pusat perdagangan dan kegiatan pendukung lainnya. Secara otomatis memicu berkembangnya ekonomi local, supplier local, kontrktor local, dsb. Transaksi karyawan beserta keluarga perkebunan dengan pasar local setiap bulannya cukup besar. Siapa menyangka bahwa setelah 20 tahun, wilayah areal perkebunan di Mamuju tersebut menjadi kabupaten baru (Kab Mamuju Utara) dan menjadi propinsi baru (Propinsi Sulawesi Barat).
Dari aspek kelestarian lingkungan, perkebunan kelapa sawit menjadi solusi penghutanan kembali (reforestasi) areal/hutan yang gundul dan atau terlantar (degraded). Akan sulit faktanya, menanami hutan (reboisasi) dalam jumlah besar dan berhasil. Tapi menanam kelapa sawit dalam satu unit kebun (rata-rata 10.000 ha) dalam setahun adalah hal yang sangat mungkin, dan karena dirawat pasti akan menjadi (hutan) kelapa sawit yang subur. Dari aspek mitigasi emisi gas rumah kaca, kebun kelapa sawit memiliki kemampuan menyerap karbon (carbon sequestration) yang sangat baik. Carbon stock dari perkebunan kelapa sawit juga lebih baik dari hutan terlantar atau hutan sekunder. Dengan demikian neraca karbon perkebunan kelapa sawit tidak kalah dibanding hutan rusak atau hutan sekunder.
Lihat juga : Video Asal Mula Kelapa Sawit Di Indonesia
Inikah sehingga kelapa sawit disebut primadona? Primadona, dalam dunia seni pertunjukan selalu dijaga dan diistimewakan, bahkan dibayar lebih dari yang lain karena menjadi kunci meningkatkan penonton dan kelangsungan kelompok seni tersebut. Kelapa sawit sudah menjadi daya tarik dan memberikan kontribusi besar bagi Negara, tetapi belum memadai dalam memperoleh ‘penjagaan’ dan ‘keistimewaan’. Jadi, kelapa sawit belum layak mendapat predikat primadona. Wallahu alam.
No comments:
Post a Comment