Saat berkenalan itu,
aku masih berstatus mahasiswi sebuah kampus dan Amir sudah bekerja di sebuah perusahaan swasta. Awalnya aku merasa biasa saja, karena waktu itu kami sudah punya pacar masing-masing, jadi komunikasi kami hanya melalui hp dan facebook.
Dua bulan kami tetap menjalin komunikasi seperti itu dan akhirnya karena saling suka kami putuskan untuk pacaran. Dan seperti orang lain, hubungan kamipun sering mengalami pasang surut, mungkin ini juga karena egoku yang terlalu besar. Akhirnya kami putus komunikasi, dia merasa aku selalu membuat dirinya kesal. Aku sakit hati dan sedih karena aku tidak tahu apa kesalahanku.
Dan setelah dua bulan berlalu, dia menelepon kembali dan mengajak untuk baikan. Pada saat itu yang ada di pikiranku hanya keinginan untuk balas dendam. Tapi anehnya, niatku itu tidak kunjung kulaksanakan, aku malah merasa mulai mencintainya.
Akhirnya kami jadi lebih sering bertemu, dia juga sering bertamu ke rumah dan kami selalu janjian di luar karena ayahku sangat tidak suka kalau aku pergi berduaan dengan laki-laki.
Hampir satu tahun kami pacaran, dan akhir-akhir ini aku merasa dia mulai tidak perhatian lagi kepadaku. Aku sendiri tidak tahu apa penyebabnya, aku pikir mungkin dia punya pacar lain.
Aku bingung. Dan dalam kebingungan itu aku berkenalan dengan pria lain. Dari berkenalan itu kami jadi sering bercanda, dan tanpa sepengetahuan orang tua dan Amir, kami berpacaran sembunyi-sembunyi. Sebut saja namanya Rivan. Tapi Rivan sudah beristri, dia bilang rumah tangganya sudah mau hancur. Aku terlanjur menyenanginya, aku selalu rindu jika Rivan sekali saja tidak menelepon atau mengunjungiku di rumah.
Aku mulai melupakan Amir meskipun hubunganku dengannya masih status pacaran. Aku dan Rivan sering bertemu di luar dan tanpa aku sadari kami melakukan hubungan suami istri, entah sudah berapa kali kami melakukannya, sampai akhirnya aku hamil.
Aku memberitahu Rivan perihal kehamilanku, Rivan kaget dan balik bertanya apa betul anak di kandunganku itu anaknya? Ya jelas aku bingung, aku tidak pernah berhubungan intim selain dengan dirinya. “Kamu kan punya pacar,” tanya Rivan yang membuatku semakin sakit hati.
Aku sangat sedih dan dalam keadaan seperti itu Amir justru kembali dekat denganku. Tapi, sungguh aku jadi tak tahu harus berbuat apa, dia tidak tahu bahwa aku telah ternoda. Aku merasa bersalah kepadanya. Dalam hati aku menangis, Ya Allah kenapa semua jadi begini. Kalau saja Amir perhatian kepadaku dari dulu mungkin aku tidak akan membuka diri ke Rivan dan hal seperti ini tidak akan terjadi.
Pada awalnya aku tidak berniat menggugurkan kandunganku karena Rivan hanya mau menikahiku sebagai istri keduanya. Aku juga semakin sayang ke Amir, apalagi aku takut orang tuaku marah. Jadi aku pikir aku harus menutupi aibku ini.
Perutku semakin besar dan saat itu kandunganku sudah berusia 4 bulan. Orang tuaku mulai curiga tapi aku selalu berusaha menutupi dan bersikap biasa saja. Ibuku selalu bertanya apa aku sudah datang bulan atau belum, dan selalu kujawab sudah.
Di tengah kegalauan itu, akhirnya kutelepon Rivan, aku bilang mau menggugurkan kandunganku. Awalnya dia bingung tapi akhirnya dia setuju juga. Rivan pun akhirnya mau mengantarku ke tempat aborsi bersama Rivan. Tapi belum satu minggu aku menjalani proses aborsi, orang tuaku akhirnya tahu aku hamil dan melakukan pengguguran kandungan.
Aku mengaku bersalah dan juga mengaku sedang menjalani aborsi. Jelas orangtuaku sangat kecewa, hampir-hampir shock, aku takut bapakku jatuh sakit.
Kepada Amair aku berbohong bahwa aku pernah diperkosa, tapi aku tak mau menyebut siapa yang telah “memperkosa” diriku. “Aku tak tahu kejadiannya waktu itu, ampuni aku, Bang,” itulah yang aku katakan kepada Amir. Dia marah, sedih dan kecewa.
Amir sudah bicara dengan kedua orangtuaku, dia mengatakan bukan dia yang memperkosa diriku. Hatiku hancur melihat orang-orang yang aku cintai kecewa. Beruntungnya diriku, Amir tidak langsung meninggalkanku, karena dia sangat mencintaiku. Entah terbuat dari apa hati pria itu. Sungguh aku merasa sangat menyesal dan berdosa padanya.
Setahun setelah kejadian itu. kami pun menjalani hubungan seperti biasa meski dia kadang masih bertanya tentang pria yang menodaiku. Jika menghadapi situasi begitu, aku hanya diam dan menangis, kemudian dia memelukku tanpa bertanya lagi, seakan mencoba memahami perasaanku.
Rivan sekarang sudah menghilang entah kemana, hubunganku dengan Amir semakin serius, Dia mengaku tidak bisa melupakan musibah yang menimpaku, tapi dia juga tidak bisa jauh dariku. Aku bilang kalau abang masih ragu kita pisah aja dulu, tapi dia bilang akan melamarku. ““Semua itu musibah, abang akan terima semua kekuranganmu,” katanya meyakinkanku.
Akhirnya ia memang mebuktikan ucapannya. Amir melamarku dan tidak lama kamipun menikah dan resmi menjadi pasangan suami istri. Alangkah bahagianya diriku punya suami yang sayang kepadaku. Sepertinya dia benar-benar mengubur musibah yang pernah menimpaku.
Aku tak tahu sampai kapan rumah tanggaku bersama Amir bertahan. Bayang-bayang masa lalu sungguh-sungguh menghantuiku. Rasa bersalah sering muncul. Aku hanya bisa berdoa semoga Tuhan menjaga pernikahanku tetap langgeng, untuk seorang pria yang berhati mulia seperti Amir. ***
b story
aku masih berstatus mahasiswi sebuah kampus dan Amir sudah bekerja di sebuah perusahaan swasta. Awalnya aku merasa biasa saja, karena waktu itu kami sudah punya pacar masing-masing, jadi komunikasi kami hanya melalui hp dan facebook.
Dua bulan kami tetap menjalin komunikasi seperti itu dan akhirnya karena saling suka kami putuskan untuk pacaran. Dan seperti orang lain, hubungan kamipun sering mengalami pasang surut, mungkin ini juga karena egoku yang terlalu besar. Akhirnya kami putus komunikasi, dia merasa aku selalu membuat dirinya kesal. Aku sakit hati dan sedih karena aku tidak tahu apa kesalahanku.
Dan setelah dua bulan berlalu, dia menelepon kembali dan mengajak untuk baikan. Pada saat itu yang ada di pikiranku hanya keinginan untuk balas dendam. Tapi anehnya, niatku itu tidak kunjung kulaksanakan, aku malah merasa mulai mencintainya.
Akhirnya kami jadi lebih sering bertemu, dia juga sering bertamu ke rumah dan kami selalu janjian di luar karena ayahku sangat tidak suka kalau aku pergi berduaan dengan laki-laki.
Hampir satu tahun kami pacaran, dan akhir-akhir ini aku merasa dia mulai tidak perhatian lagi kepadaku. Aku sendiri tidak tahu apa penyebabnya, aku pikir mungkin dia punya pacar lain.
Aku bingung. Dan dalam kebingungan itu aku berkenalan dengan pria lain. Dari berkenalan itu kami jadi sering bercanda, dan tanpa sepengetahuan orang tua dan Amir, kami berpacaran sembunyi-sembunyi. Sebut saja namanya Rivan. Tapi Rivan sudah beristri, dia bilang rumah tangganya sudah mau hancur. Aku terlanjur menyenanginya, aku selalu rindu jika Rivan sekali saja tidak menelepon atau mengunjungiku di rumah.
Aku mulai melupakan Amir meskipun hubunganku dengannya masih status pacaran. Aku dan Rivan sering bertemu di luar dan tanpa aku sadari kami melakukan hubungan suami istri, entah sudah berapa kali kami melakukannya, sampai akhirnya aku hamil.
Aku memberitahu Rivan perihal kehamilanku, Rivan kaget dan balik bertanya apa betul anak di kandunganku itu anaknya? Ya jelas aku bingung, aku tidak pernah berhubungan intim selain dengan dirinya. “Kamu kan punya pacar,” tanya Rivan yang membuatku semakin sakit hati.
Aku sangat sedih dan dalam keadaan seperti itu Amir justru kembali dekat denganku. Tapi, sungguh aku jadi tak tahu harus berbuat apa, dia tidak tahu bahwa aku telah ternoda. Aku merasa bersalah kepadanya. Dalam hati aku menangis, Ya Allah kenapa semua jadi begini. Kalau saja Amir perhatian kepadaku dari dulu mungkin aku tidak akan membuka diri ke Rivan dan hal seperti ini tidak akan terjadi.
Pada awalnya aku tidak berniat menggugurkan kandunganku karena Rivan hanya mau menikahiku sebagai istri keduanya. Aku juga semakin sayang ke Amir, apalagi aku takut orang tuaku marah. Jadi aku pikir aku harus menutupi aibku ini.
Perutku semakin besar dan saat itu kandunganku sudah berusia 4 bulan. Orang tuaku mulai curiga tapi aku selalu berusaha menutupi dan bersikap biasa saja. Ibuku selalu bertanya apa aku sudah datang bulan atau belum, dan selalu kujawab sudah.
Di tengah kegalauan itu, akhirnya kutelepon Rivan, aku bilang mau menggugurkan kandunganku. Awalnya dia bingung tapi akhirnya dia setuju juga. Rivan pun akhirnya mau mengantarku ke tempat aborsi bersama Rivan. Tapi belum satu minggu aku menjalani proses aborsi, orang tuaku akhirnya tahu aku hamil dan melakukan pengguguran kandungan.
Aku mengaku bersalah dan juga mengaku sedang menjalani aborsi. Jelas orangtuaku sangat kecewa, hampir-hampir shock, aku takut bapakku jatuh sakit.
Kepada Amair aku berbohong bahwa aku pernah diperkosa, tapi aku tak mau menyebut siapa yang telah “memperkosa” diriku. “Aku tak tahu kejadiannya waktu itu, ampuni aku, Bang,” itulah yang aku katakan kepada Amir. Dia marah, sedih dan kecewa.
Amir sudah bicara dengan kedua orangtuaku, dia mengatakan bukan dia yang memperkosa diriku. Hatiku hancur melihat orang-orang yang aku cintai kecewa. Beruntungnya diriku, Amir tidak langsung meninggalkanku, karena dia sangat mencintaiku. Entah terbuat dari apa hati pria itu. Sungguh aku merasa sangat menyesal dan berdosa padanya.
Setahun setelah kejadian itu. kami pun menjalani hubungan seperti biasa meski dia kadang masih bertanya tentang pria yang menodaiku. Jika menghadapi situasi begitu, aku hanya diam dan menangis, kemudian dia memelukku tanpa bertanya lagi, seakan mencoba memahami perasaanku.
Rivan sekarang sudah menghilang entah kemana, hubunganku dengan Amir semakin serius, Dia mengaku tidak bisa melupakan musibah yang menimpaku, tapi dia juga tidak bisa jauh dariku. Aku bilang kalau abang masih ragu kita pisah aja dulu, tapi dia bilang akan melamarku. ““Semua itu musibah, abang akan terima semua kekuranganmu,” katanya meyakinkanku.
Akhirnya ia memang mebuktikan ucapannya. Amir melamarku dan tidak lama kamipun menikah dan resmi menjadi pasangan suami istri. Alangkah bahagianya diriku punya suami yang sayang kepadaku. Sepertinya dia benar-benar mengubur musibah yang pernah menimpaku.
Aku tak tahu sampai kapan rumah tanggaku bersama Amir bertahan. Bayang-bayang masa lalu sungguh-sungguh menghantuiku. Rasa bersalah sering muncul. Aku hanya bisa berdoa semoga Tuhan menjaga pernikahanku tetap langgeng, untuk seorang pria yang berhati mulia seperti Amir. ***
b story
Referensi
Riau
Kepulauan Riau
Sumatera Barat
Sumatera Utara
Support by
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
No comments:
Post a Comment