Angin berbisik merdu mengantarkan gadis itu ke luar dari
persembunyiannya. Kim Tae Yeon, gadis itu tak bergeming tatkala melihat
sosok lelaki yang sudah berdiri di hadapannya, seperti biasanya.
“Annyeong has…” Belum utuh Sehun menyapa, Taeyeon berlalu
meninggalkannya untuk sebuah bus yang akan mengantarnya ke sekolah.
Sehun yang sudah biasa seperti ini pun hanya tersenyum kemudian
mengikuti Taeyeon menaiki bus. Lama Taeyeon merasa risih karena di
belakangnya berdiri seorang Oh Sehun, karena ia tak pernah mendapat
tempat duduk, karena Sehun selalu berdiri di belakangnya setiap pagi.
“Apa nanti… Sepulang sekolah kau ada waktu?”
“Jangan tanyakan hal lain selain pelajaran, oke?”
Taeyeon meninggalkannya turun dari bus. Lagi-lagi Sehun hanya
tersenyum. Ia berjalan, mengikuti dan selalu mengajak Taeyeon bicara,
tanpa pernah mendapat respon. Tapi itu cukup membuat Sehun merasa
senang. Namun sekali mendapat respon. “Oke, mari kita perjelas di sini.
Kau muridku dan aku gurumu. Jangan menyimpan perasaan seperti itu
padaku. Cukup hormati aku sebagai guru, dan jangan pernah mengikutiku
lagi.”
—
Hari ini tidak seperti biasanya, tapi sudah biasa hari-hari seperti
ini. Taeyeon tak pernah mendapati Sehun di terminal, di belakangnya di
dalam bus, bahkan tak di kelas sekali pun. Bangku itu selalu kosong.
Hanya udara dingin musim gugur yang duduk di atasnya. Sederhana saja,
Sehun bukan lagi penguntitnya. Bahkan ia tak lagi mengirim chat setiap
detik yang bagi Taeyeon sangat tidak berguna. Taeyeon lega, tapi ada
sesuatu yang berbeda di hatinya. Kehadiran sosok lelaki yang dianggapnya
‘anak kecil’ itu tak mengusik hidupnya. Ada rasa kosong dan sesuatu
yang hilang yang dirasakannya. Taeyeon tak mengerti perasaan seperti apa
ini. Tanpa sadar Taeyeon mengambil ponsel dan mengeklik nama Sehun Oh
dalam chat-nya.
“Kau di mana? Aku merindukanmu.” Tulisan itu dihapus Taeyeon karena
tidak mungkin ia mengirim pesan seperti itu. Apa Taeyeon sudah gila?
Lalu Taeyeon mengetik lagi, sesuatu yang dirasa Taeyeon pantas.
“Kalau kau tak pernah masuk, kau melakukan sikap tidak disiplin.” Tak
ada balasan. “Dan kau akan dikeluarkan dari sekolah.” Tetap tidak ada
balasan. Sudah seminggu tiga hari Sehun tak pernah menyapa, atau sekedar
memberi kabar. Taeyeon mulai gelisah, di manakah ‘muridku’ itu?
—
Langkah kaki Taeyeon menuju pada sebuah kafe. Kafe yang dulu dirinya
dan Sehun menghabiskan waktu bersama karena Sehun beralasan bosan terus
belajar di ruangan. Ya, Taeyeon pernah menjadi guru les privat Sehun,
yang tiap jam enam sampai sembilan malam berara di kamar Sehun,
mengajarinya belajar. Tapi semua berubah ketika Sehun merasakan hal yang
berbeda padanya, menginginkan hubungan lebih dari sekedar ‘murid dan
guru’. Sehun menyatakan cinta. Di tempat ini, persis di meja depannya
berdiri. Taeyeon memikirkan sesuatu. Pendengarannya seperti deja vu
dengan detakan sepatu yang sepertinya tak asing.
“Kau mencariku?”
Taeyeon mendongak. Matanya seakan tak percaya mendapati sesosok namja
berpostur tinggi dan berkulit putih di hadapannya, dengan senyum tulus
yang sudah lama tak dilihatnya.
Cerpen Karangan: Isnatul
Facebook: Binti Al Isnatul Ummah
No comments:
Post a Comment